Minggu, 10 November 2013

UII Vs IPB Bagian 3 (Kepergian)

Setelah sebelumnya aku dinyatakan lulus Statistika UII, dengan persiapan yang lumayan, akupun bersiap untuk segera melangkahkan kaki menuju Yogyakarta, tepat pada tanggal 20 agustus 2013 akupun pergi menuju Yogyakarta tanpa dampingan keluarga, aku rasa aku tidak terlalu butuh dampingan, (ciyah ini agak songong sekali), namun aku tetep sih di dampingi oleh Nanda dan keluarga, nanda ini adalah temen sekelasku saat di SMA, ibunya guru sosiologiku, ibunya itu baik banget, bener-bener guru yang mempunyai kharisma tinggi, namanya bu sariah :) , serta ayah dan kakaknya, mereka keluarga yang sangat baik.

Sebelum aku berangkat menuju kota Yogyakarta, aku telah memuas-muaskan diriku untuk menikmati pemandangan tembilahan untuk terakhir kalinya pada tahun ini, dengan goes bersama mas bayan, dia memberikan banyak informasi padaku, sekaligus cerita cita-citanya yang katanya sebenernya ingin banget kuliah di ITB, namun setidaknya ia sekarang berada di jurusan teknik geologi di UNDIP, segala wejangan-wejangan juga terluncur dengan cepat bertubi-tubi, hehehe, dia agak cerewet kalau masalah menasehatiku (Cuma mungkin sekarang dia sedikit kurang peduli lagi; mungkin wejangan saat itu adalah wejangan yang terakhir yang menghimpun semua permasalahanku kelak hingga dewasa). Lalu setelah itu aku membawa sepedaku hingga berbelanja di pasar jongkok kayu jati (ini kasarnya pasar loak yang ada di Tembilahan). Lalu sorenya temen baikku si mantan ketos b'cek, dan si calon dokter hewan (yang sekarang jadi calon apoteker, hehehe, peace rahmi). Kami ngomong ngalor ngidul dari masalah SMA hingga Lomba Cerdas Cermat yang telah kami ikuti beberapa bulan silam.

Hingga malamnya, aku lihat awan seolah ingin menangis mengiringi kepergianku saat itu, bagaimana tidak, telah 7 tahun aku menghabiskan hidupku disini, hidup sebagai perantau, jauh dari orang tua, menikmati suka duka kehidupan disini, menikmati kemenangan, kadang-kadang melakukan hal yang memalukan yang membuatku malu untuk keluar rumah barang beberapa hari. Kenangan itu serasa terputar kembali dipikiranku, akankah aku benar-benar meninggalkan kota yang penuh dengan cerita ini. Lalu aku lihat akhirnya hujanpun turun, terasa sedih karena seharusnya kakak tingkatku ingin mengantar kepergianku. Dalam horizon bola mataku, terlihat keluargaku telah berkumpul, saling canda tawa, dan beberapa kali mereka memberikan wejangan kepadaku "Di Jogja nanti, kuatkan iman..... bla bla" ; "Pulang nanti jangan bawa istri....bla bla bla"; dan lain sebagainya.

Ditengah suasana yang damai dan hujan lebat itu, muncul sebuah mobil, yang awalnya keluargaku kira itulah mobil yang akan mengantarku ke pekanbaru nanti, ternyata itu adalah temanku, kk tantri, dengan sigap kubantu ia menuju kerumah, aku benar-benar terharu saat itu (Walaupun gak ngeluarin air mata yaah; tapi beneran tersentuh deh). Aku merasa aku punya arti di kota kecil yang jarang diketahui oleh banyak orang ini. Kak tantri menyampaikan ucapan terimakasihnya, atas perhatianku selama ini kepadanya, yang telah membantunya pengetahuan agama di selip-selip canda-tawa kami, yang terkadang menyenangkan namun tidak jarang pula menyakitkan, hehehe. Kebenaran tetaplah kebenaran, harus disampaikan walaupun itu menyakitkan.

Lalu jam menunjukkan jam 10 malam, mobil yang akan menjemputku tidak kunjung datang, dan akhirnyakk tantri bersama temannya pamit pulang, maklum dia anak cewek yang dijaga ketat oleh orang tuanya. Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya akupun sekarang berada dimobil yang akan membawaku menuju Pekanbaru. Aku salami satu-persatu keluarga ibuku yang mengantarku pergi, kalau aku tidak salah mengingat : nenek, kakek, oom Firman, Om Zonk, Om Ijal, Cik Ani, dan Cik Anggi bersama sarah dan zaskia, aku pandangi lekat-lekat wajah mereka dari dalam mobil, dalam hatiku berkata "Terimakasih telah membantu selama 7 tahun ini, terimakasih telah memarahiku jika aku salah, mendidikku mandiri jauh dari orang tua yang di kampung, mengajarkan ilmu agama yang sangat banyak, mengajakku mengerti kehidupan" (Jujur saja, aku hampir menangis menulis bagian ini). 

Di dalam mobil telah ada Nanda bersama keluarganya, menanyakanku ini dan itu, aku jawab dengan jawaban yang aku terasa terbaik, bagaimana tidak, aku harus benar-benar berterimakasih kepada mereka yang bersedia mengikutsertakan orang yang tidak ada hubungan tali darah ikut bergabung dalam keluarga mereka. Lalu aku ambil handphoneku, ku sentuh menu pesan, dan kumaksudkan pesan itu untuk ibuku yang dikampung, aku minta restunya, aku berjanji padanya bahwa aku akan lakukan yang terbaik ditanah orang nanti, dan aku berharap doanya, dan aku juga berharap semoga beliau bangga atas pilihan hidupku ini, sekali lagi Life Is Full OF CHOICE; Kehidupan penuh dengan pilihan-pilihan.

Dalam perjalanan, dengan pandangan menyapu segala pepohonan yang aku sadari itu adalah hutan-hutan yang aku lewati menuju pekanbaru, maklum kotaku ini benar-benar berada jauh dari ibukota. Hingga lama-lama aku merasa pandanganku semakin lama semakin mengecil, dan akupun terlelap.

****

Saat aku terbangun, ternyata aku telah sampai di sebuah daerah yang aku juga tidak yakin ini berada di daerah Pelalawan atau Rengat, akupun melepas lelah bersama keluarga nanda, barang memakan sesuatu apalah begitu. Setelah itu, kamipun melanjutkan perjalanan, dan aku melanjutkan tidur kembali, yang aku sadar bahwa esok akan menjadi hari panjangku.

Saat aku terbangun kembali, ternyata terang-benderang lampu jalanan pekanbaru telah memenuhi bola mataku, begitu damai bila dipadukan dengan suasana subuh ini, aku melirik jam, dan jam menunjukkan pukul 4.15, yang tak lama kemudian terdengar sayup-sayup tilawah Al-Qur'an menghanyutkan pendengaranku menjadi lebih damai dan tenang, dan tentunya akan membuatku semangat untuk menghadapi hari ini, barang beberapa saat kemudian terlihatlah Bandara Sultan Syarif Kasim II, satu-satunya bandar udara yang aku ketahui di Pekanbaru (kalau gak salah emang satu deh). 


Sesampai disana, akupun melepas lelah kembali, aku lihat jam menunjukkan pukul 05.00, masih ada 2 jam lagi pesawat akan take of (lepas landas). Aku menghirup kopi yang aku kemudian aku baru sadar itu sangat panas, tapi habis juga kok, hehehe, kemudian akupun jalan-jalan di bandara, mencari tau mushola dimana, dan akhirnya ketemu juga, aku pasrahkan jiwa dan ragaku pada Allah swt., aku mengikrarkan diriku akan memulai kembali kehidupan yang baru, kehidupan yang sangat berbeda daripada sebelumnya, aku meminta kepada-Nya agar selalu menjaga diriku di tanah orang kelak, dan jadikan aku anak yang membanggakan orang tua, dan menjadi yang lebih baik dari mereka.

Dan akhirnya, akupun berada dipesawat, yang aku tau ini kali kedua aku naik pesawat, yang awalnya dengan Garuda, dan ini dengan Mandala. Awal penerbangan, aku merasa biasa-biasa saja, terlihat kaki langit yang begitu cerah dan luar biasa. Namun di 30 menit selanjutnya, cuaca mulai buruk, aku lumayan gugup, aku tenangkan diriku, lalu melahap seluruh bacaan yang ada di majalah (berada di belakang kursi penumpang yang ada didepanku), aku nikmati keindahan dunia ini melalui buku yang aku baca ini, keindahan Thailand, Bali, dan lain sebagainya.

Beberapa saat kemudian pramugari mengatakan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing (mendarat). Aku siapkan diriku untuk melihat pemandangan yogyakarta itu seperti apa, dimataku merapi telah terlihat, berbagai gedung yang tinggi terlihat pula, walaupun tidak seindah Jakarta yang aku lihat setahun silam, tapi ini juga indah kok. 


Akhirnya roda pesawatpun berhasil menyentuh daratan, aku bersyukur, lalu beberapa saat kemudian aku melepas sabuk pengaman, dan sedikit berdesakan keluar dari pesawat, sampailah aku di bandara Adisucipto. Terlihat, pegunungan mengelilingi pandanganku, dan tak lama aku berjalan tertulis.

"WELCOME TO YOGYAKARTA"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar